Di Awal Musim Semi

Di awal musim semi. Hujan lebat dari langit nan tinggi turun jatuh menyiram bumi. Segala yang berada di antara langit dan bumi tak akan luput dari kunjungannya. Demikianlah yang terjadi hari ini. Kumpulan asap pabrik yang menyelimuti langit Taipei dan tebalnya polusi udara yang sering menjadi sahabat akrab setiap penghuni ibu negeri Chiang Kai Shek ini, kini turut terbawa rintikan hujan. Ketika hujan turun, banyak orang menggertakan gigi. Ada sumpah serapah ditujukan pada cuaca yang nampak tak bersahabat. Ada sungut, ada gerutu.

Namun setelah hujan mereda, semua hati kini berdendang ria. Langit yang biru bersih kini bisa dinikmati lagi oleh mata telanjang. Hitamnya langit Taipei kini berlalu bersama turunnya hujan di sore ini. Pengapnya udara penuh asap kini beralih. Ada kesegaran ketika udara melewati lobang hidungku menuju paru-paru. Dan aku yakin malam ini jutaan bintang akan tersenyum lagi setelah lama bersembunyi di balik kepulan asap yang keluar dari cerobong pabrik.

Ternyata awan hitam tak hanya menjadi milik kota Taipei. Hidupmu pun sering terbalut awan gelap. Betapa kau rindu dalam hidupmu ada hujan yang turun, ada air yang menghanyutkan gemawan kelam ini. Betapa sering kau berusaha memaksa dirimu mengulum senyum walau bathinmu dirundung gundah. Kau menolak untuk menangis. Kau menghiasi wajahmu dengan senyuman walau ia nampak tawar. Kau tak ingin ada tangisan, kau tak ingin ada hujan.

Temanku..... Janganlah menggerutu ketika langit berubah, biarkanlah hujan turun. Karena setelah hujan pasti ada kesegaran baru. Bila kau lagi terserang gundah-gulana, janganlah menolak mengucurkan butiran air mata. Ia datang memberikan hiburan. Ia merupakan suatu tanda bahwa engkau masih ¡§care¡¨terhadap dirimu sendiri. Menangislah saat engkau sedih sebagaimana engkau tertawa ria saat engkau bergembira. Karena setelah selesai engkau menangis pasti ada kelegaan.

------------
Tertawalah bersama mereka yang sedang tertawa, dan menangislah bersama mereka yang lagi menangis.